NEWS
10 Oktober 2013
JAKARTA-Di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang kurang baik saat ini, pemerintah optimistis menargetkan pertumbuhan industri mineral logam pada tahun ini bisa mencapai 15%. Pada 2012, pertumbuhan industri ini mencapai 13%.
Direktur Industri Material Dasar Logam Kementerian Perindustrian Budi Irmawan mengatakan tumbuhanya industri material logam dasar masih ditopang oleh investasi di sektor hilir baja. Adapun, investasi di sektor hulu baja belum terlihat realisasinya. Hingga semester I/2013, pertumbuhan industri logam mencapai 12,74%.
“Secara keseluruhan akan tumbuh sampai akhir tahun. Diharapkan bisa mencapai 15%. Pengaruh kondisi ekonomi saat ini memang membuat pertumbuhan melambat, tetapi investasi di sektor hilir cukup membantu, meskipun pertumbuhannya tidak terlalu tinggi,” kata Budi kepada Bisnis, Kamis (10/10).
Menurutnya, investasi di sektor hilir baja tahun ini masih didominasi oleh industri yang tradisional dan konvensional, seperti konstruksi, pembangunan infrastruktur, kendaraan bermotor, dan sebagainya. “Semua sektor itu permintaannya masih cukup besar sampai sekarang dan produksi dalam negeri juga masih mencukupi,” tambahnya.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan produksi logam dasar pada kuartal II/2013 naik 15,67% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Bila dibandingkan dengan produksi kuartal I/2013, produksi logam dasar tumbuh 2,75%.
Sekretaris Jenderal Kemenperin Ansari Bukhari mengatakan pemerintah akan terus menjaga pertumbuhan industri mineral dan logam pada semester II/2013. Pasalnya, terdapat indikasi memburuknya ekonomi global dan nasional yang akan menekan pertumbuhan industri.
Ansari menjelaskan pihaknya tidak ingin terlalu optimistis mematok pertumbuhan industri logam pada paruh kedua tahun ini hingga 15% meski pada umumnya semester II/2013 kinerja sektor ini mampu melebihi semester I/2013. “Paling tidak dijaga jangan di bawah pertumbuhan semester I/2013,” katanya.
Berdasarkan data Kemenperin, pertumbuhan industri mineral dan logam tersebut terutama ditopang oleh tingginya investasi dan konsumsi dalam negeri. Adapun total investasi industri mineral dan logam sejak 2012 telah mencapai US$17,5 miliar atau melesat melebihi sektor lain.
Selain investasi, konsumsi dalam negeri juga perlu digenjot untuk menopang pertumbuhan industri mineral dan logam. Ansari mengatakan pertumbuhan beberapa sektor lain seperti otomotif, permesinan, dan konstruksi memicu permintaan terhadap produk industri mineral dan logam dalam negeri.
Pada saat yang sama, pemerintah terus mengintensifkan program penghiliran industri berbasis sumber daya alam. Hingga Agustus 2013, Kemenperin mampu menjaring investasi baru hingga US$28,8 miliar.
Sumber : Bisnis Indonesia & Kemenperin